.

Selamat Datang Di Blog Vihara Budi Dharma Purwakarta. Alamat: Jalan Jend.Sudirman No 181 Purwakarta 41115. e-mail: pmvbudidharma@yahoo.com

Sabtu, 13 Juli 2013

Jonny Wilkinson: Saya Menjadi Seorang Buddhis Setelah Membaca Buku Fisika Kuantum



Buddhistzone.com - Kita harus tahu bahwa Jonny Wilkinson memiliki sisi spiritual dari cara dia meremas tangannya seperti sedang berdoa sebelum dia menendang untuk memasukkan bola. Sekarang bintang rugby Inggris tersebut telah mengungkapkan bahwa ia telah menemukankedamaian batin melalui Buddhisme.
Wilkinson (29), yang menjadi pahlawan nasional diPiala Dunia 2003, mengatakan agama telah membantunya mengatasi rasa takut akan kegagalan yang menghancurkan hidupnya. Perfeksionisme obsesif telah membuatnya sengsara namun Buddhisme telah membebaskan dia dari seseorang yang termotivasi oleh statusuang,atau ego.
Olahragawan jutawan mengatakan bahwa dalam waktu 24 jam untuk memenangkan final Piala Dunia melawan Australia di Sydney, dia merasakan perasaan yang kuat dari antiklimaks.
"Aku tidak tahu apa itu benar-benar dimaksudkan untuk menjadi bahagia. Saya menderita oleh rasa takut yang kuat dari kegagalan dan tidak tahu bagaimana untuk membebaskan diri dari itu. "
Segera setelah karirnya tergelincir oleh cedera yang membuatnya keluar dari pertandingan internasional selama empat tahun.
Untuk mengalihkan pikirannya ia mencoba belajar gitar, piano, Perancis dan Spanyol.
Pada akhirnya ia memiliki 'Eureka' sejenak sambil membaca buku tentang fisika kuantum - studi sub-atom partikel.
Quantum Fisika membantu saya menyadari bahwa saya menciptakan realitas destruktif dan bahwa semua yang perlu saya lakukan untuk mengubah itu mengubah cara saya memilih untuk melihat dunia," katanya kepada Times.
"Saya tidak suka label agama, tetapi ada hubungan antara fisika kuantum dan Buddhisme, yang membuat saya tertarik.”
“Gagal dalam sesuatu adalah satu hal, tetapi Buddhisme mengatakan bahwa terserah kepada kita bagaimana kita menafsirkan kegagalan itu.”
Jalan Tengah yang disebut juga tentang memiliki niat yang tepat.”
"Apakah mereka layak dan jujur ​​dan Anda memberikan pertimbangan kepada orang lain? Keegoisan tidak pernah bisa menjadi rute menuju kebahagiaan atau kesuksesan."
Pacar Wilkinson, Shelley Jenkins (27), putri seorang raja perancah, ternyata 'sangat senang'tentang pencerahan baru Wilkinson.
"Saya telah berkembang sebagai seseorang dalam hubungan saya, bukan hanya dengan dirinya, tetapi dengan teman-teman dan keluarga,"katanya.
Diminta untuk menjelaskan alasan lebih dalam untuk agama Buddha, ia menambahkan: "Saya pikir itu berakar pada rasa takut lebih dalam kematian”.

(sumber: http://buddhistzone.com/story/kisah-nyata/01-09-2012/jonny-wilkinson-saya-menjadi-seorang-buddhis-setelah-membaca-buku-fisik)

Pandangan Buddha Terhadap Pencipta



Buddhistzone.com - Dalam ajaran Buddha, manusiaTIDAK diciptakan oleh Tuhan atau dewa atau siapapun. Dalam ajaran Buddha, kehidupan TIDAKditentukan atau diatur oleh sesuatu (dewa, Tuhan, Buddha atau siapapun). Buddha BUKAN Tuhan.
Buddha adalah seorang manusia yang mencapai penerangan sempurna, disebut juga mencapaiNibbana artinya bebas dari segala pikiran yang penuh dengan keserakahan, kesombongan, kemelekatan, kebencian, ketidaktahuan, kekelirutahuan.
Nibbana bukanlah suatu alam, tetapi suatu kondisi batin (kesadaran atau pikiran) yang sadar setiap saat, tanpa kekotoran batin. Kekotoran batin mencakup semua pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan/kekelirutahuan.
Dengan kata lain, mencapai penerangan sempurna artinya berbahagia setiap saat, setiap momen, kedamaian sejati setiap saat.
Alam semesta menurut ajaran Buddha tanpa awal dan akhir, selalu berproses, muncul - lenyap, muncul - lenyap, dan seterusnya.
Manusia muncul dari Evolusi sejalan dengan Sains.
Untuk merujuk sumber kitab bahwa alam semesta dan kehidupan tidak diciptakan atau diatur oleh tuhan,
Pandangan Sang Buddha mengenai ada tidaknya pencipta alam semesta :
“Apabila, O para bhikkhu, para makhluk mengalami penderitaan dan kebahagiaan sebagai hasil atau sebab dari ciptaan Tuhan (Issara-nimmanahetu), maka para Nigantha (petapa telanjang) ini tentu juga diciptakan oleh satu Tuhan yang jahat/nakal (Papakena Issara), karena mereka kini mengalami penderitaan yang sangat mengerikan.”
(Devadaha Sutta, Majjhima Nikaya 101, Tipitaka Pali).

Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan; Mengapa Brahma itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya demikian tak terbatas, mengapa tangannya begitu jarang memberkati? Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela? Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal? Saya menganggap Brahma adalah ketidakadilan. Yang membuat dunia yang diatur keliru.” [Bhuridatta Jataka, Jataka 543]
Penjelasan:
Dalam ajaran Buddha, tidak dikenal adanya pencipta atau pengatur kehidupan seperti yang tercatat dalam kitab tersebut. Karena ketidaktahuan atau ketakutan, pada awalnya evolusi manusia memunculkan konsep pencipta atau pengatur kehidupan.
Semua yang terjadi ada sebab dan ada akibat, inilah Hukum Karma. Begitu pula ada Hukum Fisika (utu niyama), Hukum Biologis (bijaniyama), dll.

(sumber: http://buddhistzone.com/story/buddhist/21-09-2012/pandangan-buddha-terhadap-pencipta)

Sejarah Hari Asadha

Hari Suci Asadha
Hari Suci Asadha

Buddhistzone.com - Peristiwa suci Asadha merupakan peristiwa yang mempunyai arti yang amat penting, bahkan mempunyai nilai keramatbagi kemanusiaan. Sebab, dengan terjadinya peristiwa Asadha itulah, maka sampai saat ini umat Buddha masih dapat mengenal Buddha Dhamma yang merupakan rahasia hidup & kehidupan ini; Buddha Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya.
Hari suci Asadha memperingati tiga peristiwa penting, yaitu :
- Khotbah pertama Sang Buddha kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana.
- Terbentuknya sangha Bhikkhu yang pertama.
- Lengkapnya Tiratana/Triratna ( Buddha, Dhamma, dan Sangha ).
Tepat dua bulan setelah mencapai Penerangan Sempurna, Sang Buddha membabarkanDhamma untuk pertama kalinya kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi.
Lima orang pertapa, bekas teman berjuang dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Mereka yang kemudian disebut Panca Vaggiya Bhikkhu ini adalah KondannaBhaddiyaVappaMahanama, dan Assaji.
Selanjutnya, bersama dengan Panca Vagghiya Bhikkhu tersebut, Sang Buddha membentukSangha Bhikkhu yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha, maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma (yang ditemukan oleh Sang Buddha ).
Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas BuddhaDhamma dan Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana (Trisarana).
Umat Buddha berlindung kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Sang Buddha sebagai guru dan teladannya. Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa Dhamma mengandung kebenaran yang bila dilaksanakan akan mencapai akhir dari dukkha. Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa Sangha merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.
Khotbah pertama yang disampaikan oleh Sang Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Sang Buddha mengajarkan mengenai Empat Kesunyataan Mulia ( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.
Cattari Ariya Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia itu terdiri atas :
Dukkha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang adanya dukkha.
Dukkha Samudaya Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang sebab dukkha.
Dukkha Nirodha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya dukkha.
Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang Jalan untuk melenyapkan dukkha.
Sang Buddha mengajarkan bahwa hidup dalam bentuk apapun adalah dukkha atau penderitaan. Umat Buddha tidak boleh menutup mata pada kebenaran tentang adanya penderitaan yang mencengkeram kehidupan ini. Umat Buddha harus menyadari & mengakuikenyataan bahwa hidup ini adalah penderitaan. Umat Buddha harus menghadapi penderitaan yang datang padanya dengan tabah.
Selanjutnya, umat Buddha harus berusaha mencabut akar penderitaan itu, agar tidak bertumimbal lahir terus menerus. Sang Buddha mengajarkan bahwa akar atau sebab penderitaan itu adalah tanha atau nafsu-nafsu keinginan rendah yang tidak ada habis-habisnya.
Tanha terdiri atas tiga jenis, yaitu :
1. Kama tanha, yang berarti keinginan akan kenikmatan - kenikmatan indria.
2. Bhava tanha, yang berarti keinginan akan kelangsungan atau perwujudan.
3. Vibhava tanha, yang berarti keinginan akan pemusnahan.
Hanya dengan terpotongnya sebab penderitaan atau tanha sampai keakar-akarnya, maka kebahagiaan tertinggi dapat dicapai. Hanya dengan dilenyapkanya tanha, maka dukkha juga dapat dilenyapkan. Lenyapnya dukkha berarti tercapainya Nibbana.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ada satu jalan untuk membebaskan makhluk dari penderitaan, yaitu Ariya Atthangika Magga (Jalan Mulia Berunsur Delapan). Jalan yang Agung dan Keramat ini hanyalah satu, tetapi terdiri atas delapan unsur yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dari yang lainnya. Jalan Keramat ini dikenal juga sebagai “Jalan Tengah“ ( Majjhima Patipada ), karena “Jalan” ini mengindari dan berada di luar cara hidup yang ekstrim, yaitu pemuasan nafsu yang berlebih-lebihan dan penyiksaan diri.
Ariya Atthangika Magga ini terdiri atas :
1. Samma Ditthi, yang berarti Pandangan Benar.
2. Samma Sankappa, yang berarti Pikiran Benar.
3. Samma Vaca, yang berarti Ucapan Benar.
4. Samma Kammanta, yang berarti Perbuatan Benar.
5. Samma Ajiva, yang berarti Penghidupan Benar.
6. Samma Vayama, yang berarti Daya Upaya Benar.
7. Samma Sati, yang berarti Perhatian Benar.
8. Samma Samadhi, yang berarti Konsentrasi Benar.
Ariya Atthangika Magga dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu : silasamadhi, dan panna. Umat Buddha harus mengembangkan latihan sila, samadhi, dan panna dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah untuk melakukan hal ini. Tetapi juga bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Sila berarti prilaku yang baik atau tingkah laku yang luhur. Sila meliputi tiga bagian dari Ariya Atthangika Magga, yaitu : Samma Vaca, Samma Kammanta, dan Samma Ajiva.
Samadhi berarti konsentrasi, yaitu pemusatan pikiran pada satu objek yang baik. Samadhi meliputi tiga bagian dari Ariya Atthangika Magga, yaitu Samma Vayama, Samma Sati, dan Samma Samadhi.
Panna berati kebijaksanaan luhur, yaitu mengetahui antara yang benar dan tidak benar, yang berguna dan tidak berguna. Panna meliputi dua bagian dari Ariya Atthangika Magga, yaitu Samma Ditthi dan Samma Sankhappa.
Sang Buddha telah mewariskan Cattari Ariya Saccani untuk direalisasikan agar dapat melepaskan diri dari siklus kelahiran yang berulang-ulang yang penuh dengan penderitaan ini. Umat Buddha harus berjuang dengan gigih dalam kehidupan sehari-hari, untuk memperkecil sebab-sebab penderitaan, untuk mencapai kebahagiaan setahap demi setahap.

(sumber: http://buddhistzone.com/story/buddhist/19-07-2012/sejarah-hari-asadha)

Maha Bhiksu Ashin Jinarakkita




SEJARAH SINGKAT

Y.M. Ashin Jinarakkhita Mahasthavira, yang lahir di kota Bogor, 23 Januari 1923, wafat 18 April 2002  di Rumah Sakit Pluit Jakarta dalam usia 80 tahun,disemayamkan di Vihara Ekayana Jl. Mangga II, Tanjung Duren, Jakarta barat, diperabukan di krematorium Yayasan Bodhisattva, Lempasing, Bandar Lampung.
Y.M. Ashin Jinarakkhita Mahasthavira dengan nama The Boan An, bagaikan mengikuti perjalanan waktu menelusuri sejarah perkembangan agama Buddha di Indonesia. Sang PELOPOR KEBANGKITAN AGAMA BUDDHA di INDONESIA, itulah julukan yang disandangnya.
Y.M. Ashin Jinarakkhita Mahasthavira diusulkan Penerima Anugerah Bintang Maha Putra oleh Menteri Agama, Prof Dr Said Agil Al Munawar.
Abu jenazah Y.M. Ashin Jinarakkhita Mahasthavira dibawa pulang ke tanah Jawa dan disemayamkan di Vihara Sakyawanaram Pacet, Jawa Barat, tempat selama ini Bhante Ashin bermukim. Di sana pula akan dibangun sebuah Aula yang akan diberi nama Ashin Jinarakkhita Graha oleh Majelis Buddhayana Indonesia (MBI).
Bhante Ashin, demikian panggilan umat Buddha yang ditujukan kepada Yang Mulia Maha Nayaka Sthavira Ashin Jinarakkhita. Beliau menyelesaikan sekolah dasarnya di Kota Kembang - Bogor, lalu melanjutkan sekolah menengahnya di PHS Jakarta, kemudian HBS B di Jakarta. Beliau melanjutkan pendidikan tingginya di THS Bandung (sekarang ITB) pada jurusan Ilmu Pasti Alam. Beliau tidak sempat menamatkan pendidikannya di THS karena perkuliahan dihentikan ketika Jepang masuk keIndonesia. Pada awal tahun 1946, beliau meneruskan pendidikannya di Belanda sebagai pelajar pekerja. Di Belanda beliau kuliah di Fakulteit Wis en Naturkunde pada Universiteit Gronigen. Beliau mendalami Ilmu Kimia yang memang menjadi pelajaran favoritnya.
Semasa kecil beliau hidup prihatin. Untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya beliau bekerja sebagai loper. Walaupun demikian jiwa sosialnya sudah terlihat, ia sering membagikan makanan kecil yang dibeli dari hasil jerih payahnya kepada teman-teman sepermainannya.
Ketika masih berusia belasan tahun, beliau sudah menjadi seorang vegetarian. Beliau juga tertarik pada dunia spiritual, beliau sering belajar kepada para suhu di kelenteng-kelenteng, haji, pastur, dan tokoh-tokoh teosofi. Beliau mengenal agama Buddha dari tokoh-tokoh Teosofi dan dari perkumpulan Tiga Ajaran.
Filsafat modern maupun kuno sudah menjadi makanan sehari-harinya. Jika anak-anak lainnya senang bermain-main, Bo An, demikian nama kecil beliau, lebih suka mengembangkan kehidupan batinnya, misalnya dengan bertapa di Gunung Gede. Ketika menjelang dewasa beliau aktif dalam usaha pemberantasan buta huruf dan ikut dalam kegiatan dapur umum untuk menolong rakyat sekitar yang kelaparan.
Ketika di negeri Belanda beliau juga mengikuti kuliah filsafat, belajar bahasa Pali dan Sansekerta, dan mendalami ilmu kebatinan. Di negeri Belanda ini pula minatnya pada Buddha Dharma semakin kuat, sehingga sebelum menyelesaikan pendidikannya beliau memutuskan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Buddha Dharma. Sekembalinya ke Indonesia, beliau menjadi seorang Anagarika.Semasa menjadi Anagarika ini, beliau sudah aktif menyebarkan agama Buddha walaupun hanya terbatas di perkumpulan Teosofi dan Tiga Ajaran.
Ketika menjadi Anagarika ini, beliau mencetuskan ide brelian untuk menyelenggarakan upacara Tri Suci Waisak secara nasional di Candi Borobudur. Akhirnya pada tanggal 22 Mei 1953 acara tersebut berhasil dilaksanakan. Upacara ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai kalangan. Inilah satu momen penting tanda kebangkitan agama Buddha di Indonesia. Masyarakat mulai meyadari bahwa agama Buddha dan penganutnya masih ada di Indonesia.
Beliau mendalami Dharma dari seorang mahabhiksu yang berdiam di Vihara Kong Hoa Sie. Pada bulan Juli 1953, beliau ditahbiskan menjadi seorang sramanera dengan nama Ti Chen. Penahbisan tersebut dilakukan menurut tradisi Mahayana di bawah bimbingan Y.A. Sanghanata Arya Mulya Mahabhiksu (Pen Ching Lau Ho Sang).
Atas anjuran guru yang pertama ini untuk mendalami Dharma di luar negeri, beliau pergi belajar keBurma. Selama beberapa bulan beliau menjalani vipassana di Pusat Latihan Meditasi Mahasi Sasana Yeikhta, Rangoon. Dalam waktu kurang dari sebulan, beliau mendapat kemajuan yang amat pesat.Beliau mendapat bimbingan khusus dari Y.A. U Nyanuttara Sayadaw. Pada tanggal 23 Januari 1954 Sramanera Ti Chen ditahbiskan sekali lagi menjadi seorang sramanera menurut tradisi Theravada, dan pada sore harinya diupasampada menjadi seorang bhikkhu. Y.A. Agga Maha Pandita U Ashin Sobhana Mahathera, atau yang lebih terkenal dengan nama Mahasi Sayadaw menjadi guru spiritual utamanya (Upajjhaya). Gurunya pula yang memberi nama Jinarakkhita. Kata Ashin sendiri merupakan gelar yang diterimanya sebagai seorang bhikkhu yang patut dihormati secara khusus. Beliau tinggal diBurma selama beberapa saat untuk lebih mendalami Dharma dan meditasinya.
Pada tanggal 17 Januari 1955 beliau pulang ke Indonesia. Kembalinya beliau ke Indonesia membawa kegairahan tersendiri bagi simpatisan Buddhis di Indonesia. Beliaulah putra pertama Indonesia yang menjadi bhikkhu sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit. Di Jakarta beliau tidak berdiam diri. Beliau segera merencanakan untuk mengadakan tour Dharma ke berbagai daerah di Indonesia.
Akhir tahun 1955 dimulai tour Dharma ke pelosok-pelosok tanah air. Beliau memulainya dari daerah Jawa Barat. Dalam perjalanannya itu beliau mengunjungi setiap daerah yang ada penganut agama Buddha-nya, tidak peduli di kota-kota besar maupun di desa-desa terpencil. Kunjungan beliau memberi arti tersendiri bagai umat Buddha Indonesia di berbagai daerah yang baru pertama kali melihat sosok seorang bhikkhu. Tour Dharma ini tidak terbatas di Pula Jawa saja. Bali, Sulawesi, Sumatera,Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya juga beliau kunjungi. Pendek kata, hutan diterobosnya, gunung didaki, laut diseberangi, untuk membabarkan Dharma yang maha mulia ini kepada siapa saja yang membutuhkannya.
Setelah semakin banyak umat Buddha, dan semakin banyak murid beliau yang ditahbiskan menjadi upasaka, Bhante Ashin mendirikan Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI), pada bulan Juli 1955 di Semarang. Pada tahun 1979 PUUI berganti nama menjadi Majelis Buddhayana Indonesia.
Dalam setiap kesempatan berkunjung ke berbagai daerah tersebut Bhante Ashin selalu mengingatkan umatnya untuk tidak bertindak masa bodoh terhadap kebudayaan dan ajaran agama Buddha yang sudah sejak dulu ada di Indonesia. Galilah yang lama, sesuaikan dengan jaman dan lingkungan. Beliau menegaskan bahwa usaha mengembangkan agama Buddha tidak dapat lepas dari upaya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia secara keseluruhan. Beliau mendorong umatnya untuk terus menggali warisan ajaran Buddha yang tertanam di Indonesia. Karena bagaimanapun, secara kultural ajaran yang pernah membawa bangsa kita pada jaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit itulah yang akan lebih bisa diterima oleh bangsa kita sendiri.
Salah satu hasil penggalian yang sangat penting adalah konsep Ketuhanan dalam agama Buddha yang dianut oleh nenek moyang Bangsa Indonesia. Dari berbagai penelitian terhadap naskah-naskah kuno dalam Kitab Sanghyang Kamahayanikan, oleh para cendikiawan Buddhis Indonesia kala itu, yang merupakan murid-murid Bhante Ashin, akhirnya istilah Sanghyang Adi Buddha dinyatakan sebagai sebutan Tuhan dalam agama Buddha khas Indonesia. Doktrin inilah yang sejak saat itu giat disebarkan oleh murid-murid Bhante Ashin, diantaranya Alm Y.A. Bhikkhu Girirakkhito Mahathera, Herman S. Endro Dharmaviriya, Dicky Soemani, Karbono, dan sebagainya. Namun sayangnya ada beberapa diantara mereka yang akhirnya malah menentang dokrin Sanghyang Adi Buddha ini.
Sikap yang terus konsisten pada diri Bhante Ashin ialah beliau tidak pernah berpihak kepada salah satu mazhab/sekte manapun dalam agama Buddha. Disamping menyebarkan ajaran Theravada, beliau juga tidak meninggalkan ajaran Mahayana dan Tantrayana. Semua diserahkan kepada pribadi masing-masing umatnya. "I am just a servant of the Buddha", ujarnya suatu saat kepada Y.A. Dalai Lama.
Salah satu murid beliau yang bernama Ong Tiang Biauw ditahbiskan menjadi samanera dan akhirnya menjadi Bhikkhu Jinaputta. Setelah jumlah bhikkhu di Indonesia mencapai lima orang, Bhante Ashin kemudian mendirikan Sangha Suci Indonesia. Pada tahun 1963, organisasi ini kemudian diubah namanya menjadi Maha Sangha Indonesia. Namun tanggal 12 Januari 1972, lima orang Bhikkhu yang sebenarnya adalah murid beliau sendiri, yang menganggap bahwa hanya ajaran Theravada saja yang benar, memisahkan diri dari Maha Sangha Indonesia dan mendirikan Sangha Indonesia. Walaupun kemudian sempat bersatu kembali, dan Maha Sangha Indonesia dan diubah namanya menjadi Sangha Agung Indonesia (Sagin), para Bhikkhu itu kembali memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia dan mendirikan Sangha Theravada Indonesia.
Tahun 1978, murid beliau yang lebih berorientasi ke aliran Mahayana, memisahkan diri dari Sagin, dan mendirikan Sangha Mahayana Indoneisa. Sekarang ini di dalam Sagin, yang masih tetap dipimpin beliau terdapat persatuan yang manis antara para Bhikkhu (Sangha Theravada), para Bhiksu (Sangha Mahayana), maupun para Wiku (Sangha Tantrayana), dan para Bhiksuni (Sangha Wanita). Semua bersatu dalam kendaraan Buddha (Buddhayana). Memang pengetahuan beliau yang luas mengenai berbagai aliran dalam agama Buddha memungkinkan beliau untuk dapat mengasuh umat dengan latar belakang yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Sebagai seorang bhikkhu, beliau tidak hanya dikenal oleh umat Buddha di Indonesia. Pada saat awal menjadi bhikkhu, beliau mendapat julukan The Flying Monk oleh umat Buddha di Malaysia dan Singapura karena kegesitan beliau untuk ‘terbang’ dari satu tempat ke tempat lain untuk membabarkan Dharma. Beliau juga beberapa kali mengikuti beberapa kegiatan keagamaan yang berskala internasional. Diantaranya Persamuan Keenam (Chatta Sangayana) yang diadakan di Rangoon, tahun 1954-1956, juga konferensi-konferensi yang diadakan oleh The World Buddhist SanghaCouncilmaupun The World Fellowship of Buddhists. Beliau juga pernah menjadi wakil presiden untuk The World Buddhist Sangha Council dan The World Buddhist Social Services.

(Sumber: Sumber: http://buddhakkhetta.com/User/Kat9/Sub29/Art58/baca.php?com=1&id=158)

Jumat, 12 Juli 2013

Sarasehan GABI XI "Aku Bangga Menjadi Anak Buddhis Indonesia" (Day 3)


Halooo teman teman peserta semua!
Tidak terasa kita sudah sampai di hari ketiga..
Acara hari ini di mulai dengan kebaktian bersama, sarapan, dan para peserta langsung dibagi ke dalam empat belas kelompok untuk mengikut acara Outbond yang pastinya bakal menyenangkan.
Outbond kali ini terdiri dari 7 pos. Apa ajah sih Posnya?? Nih temen temen listnya :
Pos 1, pos Ngepet . Dimana dipos ini salah satu kelompok menjaga lilin yang ada agar tidak padam saat disiram air oleh kelompok lawan dalam melewati track yang telah diatur oleh para panitia.
Pos 2, pos muka jelek. Dimana pos ini kita harus bereksperesi sejelek mungkin dan jangan sampai tersenyum! Kelompok yang tersenyum lebih dulu di nyatakan kalah.
Pos 3, sumpit. Dimana dipos ini kita harus memasukkan sumpit ke dalam botol tanpa menggunakan tangan, tapi menggunakan mulut.
Pos 4, twister. dimana pos ini kita harus melaksanakan perintah sesuai papan putar yang menyuruh kita untuk bergerak sesuai alas polkadot warna menggunakan anggota tubuh.
Pos 5, Water Transfer. Dimna dipos ini kita harus melempar busa yg brisikan air ke rekan setim utk dimasukkan ke dalam botol
Pos 6, keseimbangan. Dimana kita harus menyusun sedotan dan menyeimbangkannya diantara sela-sela jari kita.
Pos 7 , perahu nenek moyang. Dimana peserta harus menyebrangi pulau dengan koran serta melalui banyak rintangan seperti badai sehingga dapat merusak perahu (koran).

Outbondnyaaaaaa seruuuuuu bangett deh pokoknya! Outbond tentunya membuat teman teman lelah dan lapar. Setelah makan siang, para peserta berkumpul untuk acara penutupan. Pada acara penutupan ini kembali VimalAccoustic menghibur teman-teman peserta semuanya :) dilanjutkan dengan ucapan terima kasih dari berbagai pihak dan pemutaran video yang telah di susun oleh tim pubdekdok. Berikut ini listnya :
GABI yg melaporkan laporan triwulan terkonsisten : 1. Vessantara; 2. Dhanagun; 3. Surya Adhi Guna
GABI terheboh&terceria \m/ : 1. Budi Dharma; 2. Buddha Guna; 3. Buddhasena :)
GABI Tersemangaat :D : Buddha Sasana, Bodhi Diepa, Dharma Ratna ;)
Creativity award receiver (GABI): Vimala Dharma, Sakyawanaram, Bhumi Pharsjia :D
GABI ter-ramah (kalyanamitta): Widhi Sakti, Karuna Bodhi, Manggala :)
Juara GABI Yel-yel Terbaik: 1. Sakyawanaram, 2. Manggala, 3. Vessantara :)
Juara GABI dengan Mading Terbaik: 1. Budhi Dharma, 2.Vimala Dharma, 3. Dhanagun
Pemeran Terbaik (Pentas Seni) : Hana (Widhis)
Penari Terbaik (Pensi) : Metta (Budsen)
Penyanyi Terbaik: Tangsil (Buddha Sasana) :D
Pensi Terkompak : Dharma Ratna :)
Pensi Terbaik : Surya Adhi Guna :)
Piala GABI Bergilir : Karuna Bodhi

Tak lupa kami juga Sekber Jabar memberikan kenang-kenangan kepada ibu jabar Ci Iva di penghujung acara :D
Acara pun ditutup kembali dengan pemukulan gong dan pelepasan name tag.
Di akhir acara, para peserta di hibur dengan penampilan band Buddhis dari bogor yaitu Mid||Way !

Acara Sarasehan kali ini sungguh memberikan momen bahagia, keakraban, persaudaraan, dan juga pelajaran tentang apa sesungguhnya kebanggan kita sebagai seorang buddhis. Sorak sorai, teriakan tepuk GABI, dan salam GABI selalu menunjukkan bahwa semangat menjadi seorang Buddhis tak pernah pupus dari diri mereka semua :)

Sampai bertemu lagi di Sarasehah XII di Bandung!
Be good, be happy, be mindful.

(Metta-MedkomJabar)

(sumber: http://wearesekberjabar.blogspot.com/2013/07/sarasehan-gabi-xi-aku-bangga-menjadi_9990.html)

Sarasehan GABI XI "Aku Bangga Menjadi Anak Buddhis Indonesia" (Day 2)


Selamat pagi dunia! Selamat pagi teman teman! Selamat pagi adik-adik!
Pagi hari yang cerah, matahari sudah menampakkan mukanya :). Seluruh peserta berumpul di pekarangan halaman vihara untuk senam pagi! Yipi! Yuk sama-sama berolah raga dan gerak badan. Nah senam kali ini di pimpin sama co Liani dan beberapa teman-teman panitia.

Setelah selesai senam, para peserta sarapan, kebaktian , lalu masuk

 ke Sesi kedua, pada sesi kedua ini para peserta d
 bagi lagi menjadi 2, para peserta GABI oleh ko Wedyanto
 Hanggoro dan para peserta remaja oleh ko Roby Oktober. 
Sesi kedua ini semakin menambah pengertian kepada adik-adik GABi maupun remaja tentang kebanggaan menjadi seorang Buddhis dan juga sebagai seorang warga Indonesia. Setelah
 sesi berakhir, acara di lanjutkan dengan relaksasi, relaksasi kali ini
 bertujuan untuk melatih hidup berkesadaran sejan dini, melatih napas
 masuk dan napas keluar, sambil memerhatikan hidup saat ini.Relaksasi selesai, waktunya makan siang. Para peserta yang perutnya telah terisi kenyang melanjutkan acara yang di bagi menjadi dua bagian, para remaja mengikuti acara Lomba Mading Daur Ulang, sedangkan para GABI mengikuti acara menari dan menyanyi bersama. Lomba mading Daur Ulang pada tahun ini sedikit berbeda dengan tahun tahun sbelumnya, karena pada tahun ini mading tidak langsung selesai dari Vihara masing-masing, melainkan di buat di tempat perlombaan. Nah tentunya semakin seru karena kit abisa melihat langsung bagaimana mereka membuat dan menuangkan kreativitas dengan barang-barang daur ulang! :)Lelahnya berlomba dan menari juga menyanyi, para peserta break sebentar untuk menyantap snack yag telah disediakan, Setelah istirahat untuk beberapa menit, para peserta menlanjutkan sesi bersama Suhu Xian Miao dan Suhu Xian Ren (GABI) dan Bhante Joti (Remaja). Of course teman-teman, pada sesi kali ini masih membahas tentang kebanggaan sebagai seorang Buddhis yang semakin di kupas secara mendalam oleh para anggota Sangha.Setelah pengertian dan pengetahuan semakin bertumbuh dan bertambah, para peserta semakin mengerti bahwa kebanggannya sebagai seorang Buddhis bukan saja karena percaya tanpa ada dasar yang jelas, melainkan dengan ehipassiko yang selalu di ajarkan oleh sang Buddha yaitu datang, lihat, dan buktikan :)

Nah, teman-teman tuk bersih diri dulu, karena kita mau melanjutkan ke acara yang lebih ramai yaitu acara Pentas Seni! :) Acara pentas seni di buka oleh penampilan Liong dari PMVBP, terlihat sangat menganggumkan dan menarik perhatian para peserta. Di acara pentas seni kali ini, para peserta dari masing masing GABI telah menyiapkan sebuah pertunjukan yang tentunya menarik dan sayang untuk di lewatkan. Ada yang menampilkan drama, tarian, nyanyian, ansamble, stand up comedy, sampai panggung boneka loh! Hebat bukan para peserta GABI kali ini??
yang tentunya setiap pertunjukkannya mempunyai keunikan dan kreativitas yang luar biasa dari masing-masing peserta :)

Acara pentas seni ternyata memakan waktu cukup lama, para peserta mulai merasa lelah dan kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat dan bersiap karena besok bakal ada outbond bersama!! :)


(Metta-MedkomJabar)

(sumber: http://wearesekberjabar.blogspot.com/2013/07/sarasehan-gabi-xi-aku-bangga-menjadi_3.html_)

Sarasehan GABI XI "Aku Bangga Menjadi Anak Buddhist indonesia" (Day 1)

Namo Buddhaya teman-teman semua!
Selamat berjumpa lagi di acara Sarasehan XI kali ini yang bertempat di Yayasan Maitri Boddhicita, Gadog pada tanggal 28-30 Juni 2013. Pada Sarasehan kali ini, teman-teman panitia mengusung tema, "Aku Bangga Menjadi Anak Buddhis Indonesia", Siapa coba yang bangga menjadi anak Buddhis Indonesia??

Nah, pada tanggal 28 Juni tepatnya pukul 11 sampai pukul 1, teman teman GABI dan Remaja dari seluruh Jawa Barat berangkat ke Gadog untuk mengikuti acara Sarasehan. Ada GABI dari Vihara Widhi Sakti, Surya Adhi Guna, Karuna Bodhi, Sakyawanaram,Dhanagun, Bodhi Diepa, Bhumi Pharsjia, Dharma Ratna, Manggala, Vimala Dharma, Buddhasena, Buddha Guna, Budhi Dharma, Vessantara, dan Buddha Sasana. Setelah seluruh peserta berkumpul, para peserta pertama-tama di hibur oleh penampilah dari VimalAccoustic dan di mulailah acara pembukaan Sarasehan dengan MC cantik dan ganteng (Ci anita dan Ko Tansil) dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars GABI, dan Lagu Keakraban GABI, dilanjutkan dengan kata sambutan dari Ketua Panitia, Koko Hendra Kurniawan, Ketua DPD IPGABI Cici Theresa Sidharta, Ketua Sekber Jabar, Koko Friski Fernando, Perwakilan MBI, Ie Aoy, Kata Sambutan dari Bpk. Eko Supeno, dan Bhante Joti. Acara pembukaan Sarasehan ini resmi dimulai dengan pemukulan gong dan penyerahan name tag kepada dua perwakilan peserta.

Setelah acara pembukaan, semua peserta bersama-sama mengikuti games perkenalan biar makin akrab dan makin mengenal satu sama lain. Games kali ini berjudul Apakah kau mengasihi tetanggamu?. Di games kali ini, salah satu peserta akan menjadi "kucing" yang akan berdiri di tengah, lalu si "kucing" ini akan bertanya ke salah satu teman yang berada di lingkaran, "Apakah kau mengasihi tetanggamu?", apabila orang tang bertanya menjawab YA maka kedua orang yang berada di samping orang di tanya akan berpindah tempat. Sedangkan apabila menjawab TIDAK maka si kucing akan bertanya "Siapa yang kamu kasihi?", lalu orang yang bertanya di misalkan menjawab "Aku mengasihi orang yang berbaju putih!" maka semua orang yang memakai baju putih akan berpindah tempat. Di games kali ini, si "kucing" harus berusaha menempati tempat kosong saat para peserta berpindah tempat, peserta yang terlambat mengisi tempat yang kosong akan menjadi "kucing" berikutnya. Gelak tawa langsung terdengar di seluruh penjuru mulai dari keasikan games ini atau pula karena jawaban aneh dan kocak dari setiap peserta saat menjawab.

Acara kemudian di lanjutkan dengan bersih diri dan snack, lalu kebaktian Mahayana, makan malam, dan masuk ke Sesi Pertama yang di bagi menjadi dua yaitu Sesi Remaja bersama Ko Hendra Liem, dan Sesi GABI bersama Ko Yeshey dan Ci Sheren. Pada Sesi ini, para remaja mendapatkan pengetahuan dan pelajaran baru dari ko Hendra, sedangkan para adik-adik semakin akrab dengan games dan juga terhibur dengan cerita dan tingkah lucu dari kedua MC.

Dan inilah saat yang ditunggu di hari pertama, yaitu Lomba Yel-Yel. Masing-masing GABI telah menyiapkan yel-yelnya masing masing. Mereka terlihat sangat semangat, penuh energi, ceria, dan terlihat oke banget! Ada yang pakai lagu daerah untuk di jadikan yel-yel sampe lagu Gangnam Style!

Hari semakin gelap, acara hari pertama pun selesai. Para peserta masuk ke kamarnya masing-masing dan beristirahat untuk mengumpulkan energi! Siap siap untuk besok lagi :D

(Metta-MedkomJabar)
(sumber :http://wearesekberjabar.blogspot.com/2013/07/sarasehan-gabi-xi-aku-bangga-menjadi.html)